Nursing Care for Children with Nephrotic Syndrome
VerifiedAdded on 2021/08/16
|24
|3955
|62
AI Summary
Contribute Materials
Your contribution can guide someone’s learning journey. Share your
documents today.
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
NEFROTIK SYNDROME
Dosen Pembimbing :
Adin Mu’afiroh, ST., Ns,.M. Kes.
Disusun Oleh :
Kelompok 3 Reguler B
1. Dwi Eny Aprilia (P27820720059)
2. Mochamad Dimas Abrianto (P27820720072)
3. Elfira Anugrah Anggraeni (P27820720060)
4. Rizka Za’in Aulya (P27820720092)
5. Sofia Nur Rahmania (P27820720086)
TINGKAT II SEMESTER 3 SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
1
NEFROTIK SYNDROME
Dosen Pembimbing :
Adin Mu’afiroh, ST., Ns,.M. Kes.
Disusun Oleh :
Kelompok 3 Reguler B
1. Dwi Eny Aprilia (P27820720059)
2. Mochamad Dimas Abrianto (P27820720072)
3. Elfira Anugrah Anggraeni (P27820720060)
4. Rizka Za’in Aulya (P27820720092)
5. Sofia Nur Rahmania (P27820720086)
TINGKAT II SEMESTER 3 SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
1
Secure Best Marks with AI Grader
Need help grading? Try our AI Grader for instant feedback on your assignments.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Makalah : Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome
Disusun Oleh : 1. Dwi Eny Aprilia (P27820720059)
2. Mochamad Dimas Abrianto (P27820720072)
3. Elfira Anugrah Anggraeni (P27820720060)
4. Rizka Za’in Aulya (P27820720092)
5. Sofia Nur Rahmania (P27820720086)
Jurusan : Sarjana Terapan Keperawatan Soetomo Tingkat 2
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah yang saya
selesaikan adalah benar. Dengan ini saya menyatakan penulisan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome” telah memenuhi semua
syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh ibu dosen.
Sampang, 07 Agustus 2021
Yang Membuat Pernyataan Yang Memberi Pengesahan
(Kelompok 3) (Adin Mu’afiroh, ST., Ns,.M. Kes.)
2
Judul Makalah : Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome
Disusun Oleh : 1. Dwi Eny Aprilia (P27820720059)
2. Mochamad Dimas Abrianto (P27820720072)
3. Elfira Anugrah Anggraeni (P27820720060)
4. Rizka Za’in Aulya (P27820720092)
5. Sofia Nur Rahmania (P27820720086)
Jurusan : Sarjana Terapan Keperawatan Soetomo Tingkat 2
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah yang saya
selesaikan adalah benar. Dengan ini saya menyatakan penulisan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome” telah memenuhi semua
syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh ibu dosen.
Sampang, 07 Agustus 2021
Yang Membuat Pernyataan Yang Memberi Pengesahan
(Kelompok 3) (Adin Mu’afiroh, ST., Ns,.M. Kes.)
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………… 1
Lembar Pengesahan ………………………………………………………… 2
Daftar Isi ……………………………………………………………………... 3
Kata Pengantar ……………………………………………………………….4
Bab 1 Pendahuluan ………………………………………………………….. 5
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………… 5
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………… 6
1.3 Tujuan …………………………………………………………………….. 6
1.3.1 Umum …………………………………………………………… 6
1.3.2 Khusus ……………………...…………………………………… 6
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………. 6
Bab 2 Pembahasan …………………………………………………………… 7
2.1 Konsep Teori Kasus Nefrotik Syndrome .………………………...……..… 7
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kasus Nefrotik Syndrome …………..…… 14
Bab 3 Penutup ………………………………………………………………. 23
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………. 23
3.2 Saran ……………………………………………………………………… 23
Daftar Pustaka ………………………………………………………………. 24
3
Halaman Judul ……………………………………………………………… 1
Lembar Pengesahan ………………………………………………………… 2
Daftar Isi ……………………………………………………………………... 3
Kata Pengantar ……………………………………………………………….4
Bab 1 Pendahuluan ………………………………………………………….. 5
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………… 5
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………… 6
1.3 Tujuan …………………………………………………………………….. 6
1.3.1 Umum …………………………………………………………… 6
1.3.2 Khusus ……………………...…………………………………… 6
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………. 6
Bab 2 Pembahasan …………………………………………………………… 7
2.1 Konsep Teori Kasus Nefrotik Syndrome .………………………...……..… 7
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kasus Nefrotik Syndrome …………..…… 14
Bab 3 Penutup ………………………………………………………………. 23
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………. 23
3.2 Saran ……………………………………………………………………… 23
Daftar Pustaka ………………………………………………………………. 24
3
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome” dengan lancar. Tanpa pertolongannya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW. yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi
tugas Keperawatan Anak. Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang
terhormat Ibu Adin Mu’afiroh, ST., Ns,.M. Kes. selaku dosen pembimbing dalam
pembuatan makalah ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam
penyusunan makalah yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu.
Berdasarkan hal tersebut kami membuat makalah ini dengan menggunakan
bahasa yang jelas, mudah dimengerti, dan dipahami. Agar materi yang kami
sampaikan ini akan lebih bermakna. Sehingga kita dapat mengetahui dan
mempelajari tentang asuhan keperawatan anak nefrotik syndrome.
Makalah yang kami susun ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena
itu kami mohon kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Akhir kata kami
sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan kami harap makalah yang
telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Sampang, 07 Agustus 2021
Penulis
4
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Anak Nefrotik Syndrome” dengan lancar. Tanpa pertolongannya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW. yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi
tugas Keperawatan Anak. Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang
terhormat Ibu Adin Mu’afiroh, ST., Ns,.M. Kes. selaku dosen pembimbing dalam
pembuatan makalah ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam
penyusunan makalah yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu.
Berdasarkan hal tersebut kami membuat makalah ini dengan menggunakan
bahasa yang jelas, mudah dimengerti, dan dipahami. Agar materi yang kami
sampaikan ini akan lebih bermakna. Sehingga kita dapat mengetahui dan
mempelajari tentang asuhan keperawatan anak nefrotik syndrome.
Makalah yang kami susun ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena
itu kami mohon kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Akhir kata kami
sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan kami harap makalah yang
telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Sampang, 07 Agustus 2021
Penulis
4
Secure Best Marks with AI Grader
Need help grading? Try our AI Grader for instant feedback on your assignments.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindroma Nefrotik merupakan suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa
menunjukkan penyakit yang mendasari, dimana menunjukkan kelainan inflamasi
glomerulus. Secara fungsional sindrom nefrotik diakibatkan oleh keabnormalan
pada proses filtrasi dalam glomerulus yang biasanya menimbulkan berbagai
masalah yang membutuhkan perawatan yang tepat, cepat, dan akurat (Gocke,
2017). Penyebab primersindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi,
yaitu Sindroma Nefrotik Kelainan Minimal (SNKM) yang merupakan penyebab
paling umum dari sindrom nefrotik pada anak. Meskipun sindrom nefrotik dapat
menyerang siapa saja namun penyakit ini banyak ditemukan pada anak-anak usia
1 sampai 5 tahun. Selain itu kecenderungan penyakit ini menyerang anak laki-laki
dua kali lebih besar dibandingkan anak perempuan (Purnomo, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) Angka kejadian Sindrom
Nefrotik di dapatkan pada anak usia dibawah 16 tahun berkisar antara 2 sampai 7
kasus per tahun pada setiap 100.000 anak. Menurut (Groat, 2016) angka kejadian
kasus sindroma nefrotik di Asia tercatat 2 kasus setiap 10.000 penduduk.
Sedangkan kejadian di Indonesia pada sindroma nefrotik mencapai 6 kasus
pertahun dari 100.000 anak berusia 1 sampai 5 tahun (Riskesdas, 2018).
Sifat khusus dari penyakit sindrom nefrotik adalah sering kambuh, sering
gagalnya pengobatan dan timbulnya penyulit, baik akibat dari penyulitnya sendiri
maupun oleh karena pengobatannya. Penyulit yang sering terjadi pada sindrom
nefrotik adalah infeksi, trombosis, gagal ginjal akut, malnutrisi, gangguan
pertumbuhan, hiperlipidemia dan anemia.
5
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sindroma Nefrotik merupakan suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa
menunjukkan penyakit yang mendasari, dimana menunjukkan kelainan inflamasi
glomerulus. Secara fungsional sindrom nefrotik diakibatkan oleh keabnormalan
pada proses filtrasi dalam glomerulus yang biasanya menimbulkan berbagai
masalah yang membutuhkan perawatan yang tepat, cepat, dan akurat (Gocke,
2017). Penyebab primersindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi,
yaitu Sindroma Nefrotik Kelainan Minimal (SNKM) yang merupakan penyebab
paling umum dari sindrom nefrotik pada anak. Meskipun sindrom nefrotik dapat
menyerang siapa saja namun penyakit ini banyak ditemukan pada anak-anak usia
1 sampai 5 tahun. Selain itu kecenderungan penyakit ini menyerang anak laki-laki
dua kali lebih besar dibandingkan anak perempuan (Purnomo, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) Angka kejadian Sindrom
Nefrotik di dapatkan pada anak usia dibawah 16 tahun berkisar antara 2 sampai 7
kasus per tahun pada setiap 100.000 anak. Menurut (Groat, 2016) angka kejadian
kasus sindroma nefrotik di Asia tercatat 2 kasus setiap 10.000 penduduk.
Sedangkan kejadian di Indonesia pada sindroma nefrotik mencapai 6 kasus
pertahun dari 100.000 anak berusia 1 sampai 5 tahun (Riskesdas, 2018).
Sifat khusus dari penyakit sindrom nefrotik adalah sering kambuh, sering
gagalnya pengobatan dan timbulnya penyulit, baik akibat dari penyulitnya sendiri
maupun oleh karena pengobatannya. Penyulit yang sering terjadi pada sindrom
nefrotik adalah infeksi, trombosis, gagal ginjal akut, malnutrisi, gangguan
pertumbuhan, hiperlipidemia dan anemia.
5
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Konsep Teori Kasus Nefrotik Syndrome?
1.2.2 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Kasus Nefrotik Syndrome?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga
kesehatan atau tenaga medis dapat memahami hal yang berkaitan
dengan keperawatan anak dalam asuhan keperawatan anak nefrotik
syndrome.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui konsep teori kasus nefrotik syndrome.
1.3.2.2 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan kasus
nefrotik syndrome.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Untuk memenuhi salah satu tugas sebagai mahasiswa dalam mata
kuliah keperawatan anak serta menumbuhkan wawasan terkait
keperawatan anak khususnya mengenai asuhan keperawatan anak
nefrotik syndrome.
1.4.2 Bagi Pembaca
Untuk mengetahui serta menambah ilmu tentang keperawatan anak
terkait asuhan keperawatan anak nefrotik syndrome.
6
1.2.1 Bagaimana Konsep Teori Kasus Nefrotik Syndrome?
1.2.2 Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Kasus Nefrotik Syndrome?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga
kesehatan atau tenaga medis dapat memahami hal yang berkaitan
dengan keperawatan anak dalam asuhan keperawatan anak nefrotik
syndrome.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui konsep teori kasus nefrotik syndrome.
1.3.2.2 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan kasus
nefrotik syndrome.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Untuk memenuhi salah satu tugas sebagai mahasiswa dalam mata
kuliah keperawatan anak serta menumbuhkan wawasan terkait
keperawatan anak khususnya mengenai asuhan keperawatan anak
nefrotik syndrome.
1.4.2 Bagi Pembaca
Untuk mengetahui serta menambah ilmu tentang keperawatan anak
terkait asuhan keperawatan anak nefrotik syndrome.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Kasus Nefrotik Syndrome
A. Definisi
Sindrom Nefrotik adalah rusaknya membran kapiler glomerulus yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus. Sindrom Nefrotik
merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerulus yang
terjadi pada anak dengan karakteristik : proteinuria, hipoproteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suriadi & Rita Yuliant, 2017).
Gambar 1.2 Penderita nefrotik syndrome
Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
B. Etiologi
Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab
7
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Kasus Nefrotik Syndrome
A. Definisi
Sindrom Nefrotik adalah rusaknya membran kapiler glomerulus yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus. Sindrom Nefrotik
merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerulus yang
terjadi pada anak dengan karakteristik : proteinuria, hipoproteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suriadi & Rita Yuliant, 2017).
Gambar 1.2 Penderita nefrotik syndrome
Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).
B. Etiologi
Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab
7
Paraphrase This Document
Need a fresh take? Get an instant paraphrase of this document with our AI Paraphraser
Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun.
Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi :
1. Sindroma Nefrotik Bawaan
Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal, klien ini
biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan. Adapun gejala
yang biasanya terjadi yaitu edema pada masa neonatus. Umumnya, perkembangan
pada klien terbilang buruk dan klien akan meninggal pada bulan-bulan pertama
kehidupannya.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder
Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan kromosom, namun
disebabkan oleh beberapa masalah seperti :
a) Malaria kuartana atau parasit lainnya
b) Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid
c) Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
d) Penyakit sel sabit, dll
3. Sindrom Nefrotik Ideopatik
Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga disebut
Sindroma Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi
ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg, dkk
membagi Sindrom Nefrotik Ideopatik kedalam 4 golongan yaitu :
a) Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop biasa glomerulus terlihat
normal, namun dengan mikroskop elektron terlihat foot prosessus sel
epitel berpadu.
b) Nefropati Membranosa yaitu terjadi penebalan dinding kapiler glomerulus
c) Glomerulonefritis Proliferatif
d) Glomerulonefritis fokal segmental
C. Manifestasi Klinis
8
Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi :
1. Sindroma Nefrotik Bawaan
Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal, klien ini
biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan. Adapun gejala
yang biasanya terjadi yaitu edema pada masa neonatus. Umumnya, perkembangan
pada klien terbilang buruk dan klien akan meninggal pada bulan-bulan pertama
kehidupannya.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder
Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan kromosom, namun
disebabkan oleh beberapa masalah seperti :
a) Malaria kuartana atau parasit lainnya
b) Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid
c) Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
d) Penyakit sel sabit, dll
3. Sindrom Nefrotik Ideopatik
Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga disebut
Sindroma Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi
ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg, dkk
membagi Sindrom Nefrotik Ideopatik kedalam 4 golongan yaitu :
a) Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop biasa glomerulus terlihat
normal, namun dengan mikroskop elektron terlihat foot prosessus sel
epitel berpadu.
b) Nefropati Membranosa yaitu terjadi penebalan dinding kapiler glomerulus
c) Glomerulonefritis Proliferatif
d) Glomerulonefritis fokal segmental
C. Manifestasi Klinis
8
Menurut Hidayat (2016), Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai
berikut: terdapat adanya proteinuria 0.05 g/kg BB/hari pada anak-anak,
hipoalbuminemia <30 g/l, retensi cairan, edema, berat badan meningkat, edema
periorbital, edema fasial, asites, distensi abdomen, penurunan jumlah urine, urine
tampak berbusa dan gelap, hematuria, nafsu makan menurun, dan kepucatan,
wajah tampak sembab, efusi pleura, pembengkakan labia dan skrotum, dan rentan
terhadap infeksi.
Gambar 1.2 Tanda dan gejala pada penderita nefrotik syndrome
Apa pun tiba sindrom nefrotik manifestasi klinis utama adalah sembab yang
tampak pada sekitar 95% anak dengan sindrom nefrotik seringkali sebab timbul
secara lambat sehingga keluarga mengira sang anak bertambah gemuk. Pada fase
awal sebab sering bersifat intermitent, biasanya awalnya tampak pada daerah-
daerah yang mempunyai resistensi jaringan rendah (misalnya, daerah periorbita,
skrotum atau libia). Akhirnya sembab menjadi menyeluruh dan masif (anasarka).
D. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan
dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya albumin,
tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke
dalam intertisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
9
berikut: terdapat adanya proteinuria 0.05 g/kg BB/hari pada anak-anak,
hipoalbuminemia <30 g/l, retensi cairan, edema, berat badan meningkat, edema
periorbital, edema fasial, asites, distensi abdomen, penurunan jumlah urine, urine
tampak berbusa dan gelap, hematuria, nafsu makan menurun, dan kepucatan,
wajah tampak sembab, efusi pleura, pembengkakan labia dan skrotum, dan rentan
terhadap infeksi.
Gambar 1.2 Tanda dan gejala pada penderita nefrotik syndrome
Apa pun tiba sindrom nefrotik manifestasi klinis utama adalah sembab yang
tampak pada sekitar 95% anak dengan sindrom nefrotik seringkali sebab timbul
secara lambat sehingga keluarga mengira sang anak bertambah gemuk. Pada fase
awal sebab sering bersifat intermitent, biasanya awalnya tampak pada daerah-
daerah yang mempunyai resistensi jaringan rendah (misalnya, daerah periorbita,
skrotum atau libia). Akhirnya sembab menjadi menyeluruh dan masif (anasarka).
D. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan
dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya albumin,
tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke
dalam intertisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
9
intravascular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan
kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan
sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian
menjadi retensi natrium dan air.
Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema. Terjadi
peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik
plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan
lemak akan banyak dalam urin (lipiduria). Menurunya respon imun karena sel
imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia,
hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi & Yuliani, 2010).
E. Pathway
Gambar 1.3 Pathway nefrotik syndrome
F. Komplikasi
10
karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan
kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan
sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian
menjadi retensi natrium dan air.
Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema. Terjadi
peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik
plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan
lemak akan banyak dalam urin (lipiduria). Menurunya respon imun karena sel
imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia,
hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi & Yuliani, 2010).
E. Pathway
Gambar 1.3 Pathway nefrotik syndrome
F. Komplikasi
10
Secure Best Marks with AI Grader
Need help grading? Try our AI Grader for instant feedback on your assignments.
1) Gangguan eseimbangan nitrogen
2) Hiperlipidemia dan lipiduria
3) Hiperkoagulasi
4) Gangguan metabolisme kalsium dan tulang
5) Trombosis Vena
Trombosis vena dapat terjadi pada vena dalam ekstremitas bawah (8%),
pembuluh darah renal (25%), dan paru-paru. Trombosis vena lebih sering
terjadi pada penderita sindrom nefrotik (SN) dewasa dengan gambaran
histologi membranous nephropathy dibandingkan dengan anak-anak.
6) Infeksi
Selulitis merupakan komplikasi infeksi yang dapat terjadi pada sindrom
nefrotik (SN). Namun, hingga saat ini belum ada pedoman penggunaan
antibiotik profilaksis bagi penderita SN.
Gambar 1.4 Pembengkakan penderita nefrotik syndrome
7) Gagal Ginjal
11
2) Hiperlipidemia dan lipiduria
3) Hiperkoagulasi
4) Gangguan metabolisme kalsium dan tulang
5) Trombosis Vena
Trombosis vena dapat terjadi pada vena dalam ekstremitas bawah (8%),
pembuluh darah renal (25%), dan paru-paru. Trombosis vena lebih sering
terjadi pada penderita sindrom nefrotik (SN) dewasa dengan gambaran
histologi membranous nephropathy dibandingkan dengan anak-anak.
6) Infeksi
Selulitis merupakan komplikasi infeksi yang dapat terjadi pada sindrom
nefrotik (SN). Namun, hingga saat ini belum ada pedoman penggunaan
antibiotik profilaksis bagi penderita SN.
Gambar 1.4 Pembengkakan penderita nefrotik syndrome
7) Gagal Ginjal
11
Gagal ginjal akut dapat terjadi secara bersamaan dengan sindrom nefrotik
(SN) yang disebabkan lupus nefritis dan nefritis interstisial diinduksi obat.
Gagal ginjal jarang terjadi secara spontan sebagai komplikasi SN.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Betz & Sowden (2017), pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1) Uji urine
a. Urinalisis : proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2g/m2/hari), bentuk
hialin dan granular, hematuria.
b. Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah.
c. Berat jenis urine: meningkat palsu karena proteinuria d. Osmolalitas urine:
meningka.
2) Uji darah
a. Kadar albumin serum: menurun (kurang dari 2 g/dl).
b. Kadar kolesterol serum: meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000
mg/dl).
c. Kadar trigliserid serum: meningkat.
d. Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat.
e. Hitung trombosit: meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/ul).
f. Kadar elektrolit serum: bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan.
3) Uji diagnostik Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin)
H. Penatalaksanaan
1) Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk menginduksi
remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi.
12
(SN) yang disebabkan lupus nefritis dan nefritis interstisial diinduksi obat.
Gagal ginjal jarang terjadi secara spontan sebagai komplikasi SN.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Betz & Sowden (2017), pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1) Uji urine
a. Urinalisis : proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2g/m2/hari), bentuk
hialin dan granular, hematuria.
b. Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah.
c. Berat jenis urine: meningkat palsu karena proteinuria d. Osmolalitas urine:
meningka.
2) Uji darah
a. Kadar albumin serum: menurun (kurang dari 2 g/dl).
b. Kadar kolesterol serum: meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000
mg/dl).
c. Kadar trigliserid serum: meningkat.
d. Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat.
e. Hitung trombosit: meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/ul).
f. Kadar elektrolit serum: bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan.
3) Uji diagnostik Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin)
H. Penatalaksanaan
1) Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk menginduksi
remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi.
12
Kekambuhan diatasi dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa
hari.
2) Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena).
3) Pengurangan edema
a. Terapi diuretic (diuretic hendaknya digunakaan secara cermat
untuk mencegah terjadinya penurunan volume intra vaskular,
pembentukan trombus, dan atau ketidakseimbangan elektrolit).
b. Pembatasan natrium (mengurangi edema)
4) Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
5) Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edema dan terapi invasif).
6) Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agenslain).
7) Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) Untuk
anak yang gagal berespons terhadap steroid.
Menurut Ngastiyah, (2014) Penatalaksanaan medis pada anak dengan
Sindroma nefrotik Meliputi :
1) Diet tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila
edema masih berat. Bila edema sudah berkurang, maka dapat diberikan
sedikit garam ( Buku Kuliah IKA Jilid II).
2) Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak kemungkinan akan
menderita tuberkulosis. Bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik.
3) Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian
terapi KCl.
4) Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan
antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan efek samping
penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan dengan sangat
hati-hati.
5) Berikan diuretik untuk mengatasi edema.
6) Berikan terapi kortikosteroid. International Kooperative Study Of Kidney
Disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan sebagai
berikut:
13
hari.
2) Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena).
3) Pengurangan edema
a. Terapi diuretic (diuretic hendaknya digunakaan secara cermat
untuk mencegah terjadinya penurunan volume intra vaskular,
pembentukan trombus, dan atau ketidakseimbangan elektrolit).
b. Pembatasan natrium (mengurangi edema)
4) Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
5) Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edema dan terapi invasif).
6) Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agenslain).
7) Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) Untuk
anak yang gagal berespons terhadap steroid.
Menurut Ngastiyah, (2014) Penatalaksanaan medis pada anak dengan
Sindroma nefrotik Meliputi :
1) Diet tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila
edema masih berat. Bila edema sudah berkurang, maka dapat diberikan
sedikit garam ( Buku Kuliah IKA Jilid II).
2) Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak kemungkinan akan
menderita tuberkulosis. Bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik.
3) Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian
terapi KCl.
4) Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan
antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan efek samping
penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan dengan sangat
hati-hati.
5) Berikan diuretik untuk mengatasi edema.
6) Berikan terapi kortikosteroid. International Kooperative Study Of Kidney
Disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan sebagai
berikut:
13
Paraphrase This Document
Need a fresh take? Get an instant paraphrase of this document with our AI Paraphraser
a. Selama 28 hari prednison diberikan peroral dengan dosis 60
mg/hari/luas permukaan badan dengan maksimum 80 mg/hari/luas
permukaan badan.
b. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral 28 hari dengan
dosis 40 mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam seminggu diberikan dosis
60 mg/hari/lpb.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kasus Nefrotik Syndrome
A. Pengkajian
1. Identitas, seperti : nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, panjang
badan lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak ke,
jumlah saudara dan identitas orang tua.
2. Keluhan Utama
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa bagian tubuh
anak seperti pada wajah, mata, tungkai serta bagian genitalia. Orang tua anak
biasanya juga mengeluhkan anaknya mudah demam dan daya tahan tubuh
anaknya terbilang rendah.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk menilai adanya
peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat keluarga dengan sindroma nefrotik
seperti adakah saudara-saudaranya yang memiliki riwayat penyakit ginjal dan
riwayat tumbuh kembang anak yang terganggu, apakah anak pernah mengalami
diare atau sesak napas sebelumnya, serta adanya penurunan volume haluaran
urine.
c) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan adakah
menderita penyakit lupus eritematosus sistemik atau kencing manis, konsumsi
14
mg/hari/luas permukaan badan dengan maksimum 80 mg/hari/luas
permukaan badan.
b. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral 28 hari dengan
dosis 40 mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam seminggu diberikan dosis
60 mg/hari/lpb.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kasus Nefrotik Syndrome
A. Pengkajian
1. Identitas, seperti : nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, panjang
badan lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak ke,
jumlah saudara dan identitas orang tua.
2. Keluhan Utama
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa bagian tubuh
anak seperti pada wajah, mata, tungkai serta bagian genitalia. Orang tua anak
biasanya juga mengeluhkan anaknya mudah demam dan daya tahan tubuh
anaknya terbilang rendah.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk menilai adanya
peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat keluarga dengan sindroma nefrotik
seperti adakah saudara-saudaranya yang memiliki riwayat penyakit ginjal dan
riwayat tumbuh kembang anak yang terganggu, apakah anak pernah mengalami
diare atau sesak napas sebelumnya, serta adanya penurunan volume haluaran
urine.
c) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan adakah
menderita penyakit lupus eritematosus sistemik atau kencing manis, konsumsi
14
obat-obatan maupun jamu tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan
minum alcohol selama hamil.
d) Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan akibat lambung yang mengalami tekanan oleh cairan intrastisial dan
memberikan persepsi kenyang pada anak.
e) Riwayat Psikososial dan Perkembangan
Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan perfusi
darah ke otak. Hal ini dapat berdampak pada ketidakseimbangan perfusi jaringan
cerebral pada anak. Sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang
dengan baik.
3. Pemeriksaan Fisik
1. TTV
a) Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah sistole normal 80
sampai 100 mmHg dan nilai diastole normal 60 mmHg. Anak dengan
hipovolemik akan mengalami hipotensi, maka akan ditemukan tekanan
darah kurang dari nilai normal atau dapat ditemukan anak dengan
hipertensi apabila kolesterol anak meningkat.
b) Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun 105x/ menit,
frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi nadi anak usia
10-14 tahun 85x/menit dan frekuensi nadi anak usia 14-18 tahun
82x/menit.
c) Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21-30x/menit, anak 6
sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak usia 10-14 tahun 18-22x/menit.
2. Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur dalam tahun) +
8. Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak sebelum sakit untuk menentukan
adanya peningkatan BB pada anak dengan sindroma nefrotik. Edema pada anak
juga dapat ditandai dengan peningkatan Berat Badan >30%.
15
minum alcohol selama hamil.
d) Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan akibat lambung yang mengalami tekanan oleh cairan intrastisial dan
memberikan persepsi kenyang pada anak.
e) Riwayat Psikososial dan Perkembangan
Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan perfusi
darah ke otak. Hal ini dapat berdampak pada ketidakseimbangan perfusi jaringan
cerebral pada anak. Sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang
dengan baik.
3. Pemeriksaan Fisik
1. TTV
a) Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah sistole normal 80
sampai 100 mmHg dan nilai diastole normal 60 mmHg. Anak dengan
hipovolemik akan mengalami hipotensi, maka akan ditemukan tekanan
darah kurang dari nilai normal atau dapat ditemukan anak dengan
hipertensi apabila kolesterol anak meningkat.
b) Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun 105x/ menit,
frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi nadi anak usia
10-14 tahun 85x/menit dan frekuensi nadi anak usia 14-18 tahun
82x/menit.
c) Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21-30x/menit, anak 6
sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak usia 10-14 tahun 18-22x/menit.
2. Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur dalam tahun) +
8. Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak sebelum sakit untuk menentukan
adanya peningkatan BB pada anak dengan sindroma nefrotik. Edema pada anak
juga dapat ditandai dengan peningkatan Berat Badan >30%.
15
3. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya Jugularis Vein
Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus sternalis pada posisi 450, pada anak
dengan hipovolemik akan ditemukan JVD datar pada posisi supinasi, namun pada
anak dengan hipervolemik akan ditemukan JVD melebar sampai ke angulus
mandibularis pada posisi anak 450.
4. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema pada
periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun tidur atau konjunctiva
terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
5. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun
anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas yang tidak
teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping hidung.
6. Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat penurunan
saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir kering serta pecah-pecah
pada anak dengan hipovolemik.
7. Kardiovaskuler
a) Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola napas yang
tidak teratur
b) Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut jantung
c) Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
d) Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta penurunan
bunyi napas pada lobus bagian bawah. Bila dilakukan EKG, maka akan
16
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya Jugularis Vein
Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus sternalis pada posisi 450, pada anak
dengan hipovolemik akan ditemukan JVD datar pada posisi supinasi, namun pada
anak dengan hipervolemik akan ditemukan JVD melebar sampai ke angulus
mandibularis pada posisi anak 450.
4. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema pada
periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun tidur atau konjunctiva
terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
5. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun
anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas yang tidak
teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping hidung.
6. Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat penurunan
saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir kering serta pecah-pecah
pada anak dengan hipovolemik.
7. Kardiovaskuler
a) Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola napas yang
tidak teratur
b) Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut jantung
c) Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
d) Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta penurunan
bunyi napas pada lobus bagian bawah. Bila dilakukan EKG, maka akan
16
Secure Best Marks with AI Grader
Need help grading? Try our AI Grader for instant feedback on your assignments.
ditemukan aritmia, pendataran gelombang T, penurunan segmen ST,
pelebaran QRS, serta peningkatan interval PR.
8. Paru-Paru
a) Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
b) Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris bila
anak mengalami dispnea
c) Perkusi, biasanya ditemukan sonor
d) Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan. Namun,
frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen kerongga dada.
9. Abdomen
a) Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila anak
asites
b) Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur lingkar
perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
c) Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
d) Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
10. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan
tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang akibat edema
dan berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit.
11. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema
anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja. Selain itu dapat ditemukan
CRT > 2 detik akibat dehidrasi.
12. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada skrotum dan pada anak
perempuan akan mengalami edema pada labia mayora.
17
pelebaran QRS, serta peningkatan interval PR.
8. Paru-Paru
a) Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
b) Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris bila
anak mengalami dispnea
c) Perkusi, biasanya ditemukan sonor
d) Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan. Namun,
frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen kerongga dada.
9. Abdomen
a) Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila anak
asites
b) Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur lingkar
perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
c) Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
d) Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
10. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan
tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang akibat edema
dan berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit.
11. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema
anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja. Selain itu dapat ditemukan
CRT > 2 detik akibat dehidrasi.
12. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada skrotum dan pada anak
perempuan akan mengalami edema pada labia mayora.
17
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
dibuktikan dengan edema anasarka dan/atau edema prifer.
2. Diare berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan bising usus
hiperaktif.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan dispnea saat/setelah aktivitas.
C. Intervensi
No
.
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
(SDKI)
TUJUAN (SLKI) RENCANA (SIKI)
1. Hipervolemia
(D.0022)
Peningkatan volume
cairan intravaskula,
interstisial, dan/atau
intraselular.
Ekspektasi :
keseimbangan
cairan
meningkat.
Dengan kriteria
hasil :
1. Edema
menurun.
2. Konfusi
menurun.
3. Berat badan
membaik.
4. Asupan cairan
meningkat.
Pemantauan Cairan
(1.03121)
Observasi :
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi.
2. Monitor elastisitas atau
turgor kulit.
3. Monitor input dan output
cairan.
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
18
1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
dibuktikan dengan edema anasarka dan/atau edema prifer.
2. Diare berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan bising usus
hiperaktif.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan dispnea saat/setelah aktivitas.
C. Intervensi
No
.
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
(SDKI)
TUJUAN (SLKI) RENCANA (SIKI)
1. Hipervolemia
(D.0022)
Peningkatan volume
cairan intravaskula,
interstisial, dan/atau
intraselular.
Ekspektasi :
keseimbangan
cairan
meningkat.
Dengan kriteria
hasil :
1. Edema
menurun.
2. Konfusi
menurun.
3. Berat badan
membaik.
4. Asupan cairan
meningkat.
Pemantauan Cairan
(1.03121)
Observasi :
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi.
2. Monitor elastisitas atau
turgor kulit.
3. Monitor input dan output
cairan.
Terapeutik :
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
18
5. Turgor kulit
membaik.
kondisi pasien.
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
2. Informasikan hasip
pemantauan, jika perlu.
2. Diare
(D.0020)
Pengeluaran feses
yang sering, lunak dan
tidak berbentuk.
Ekspektasi :
Eliminasi fekal
membaik.
Dengan kriteria
hasil :
1. Kontrol
pengeluaran feses
meningkat.
2. Nyeri abdomen
menurun.
3. Peristaltik usus
membaik.
4. Kram abdomen
membaik.
5. Frekuensi
defekasi
membaik.
Manajemen Diare
(1.03101)
Observasi :
1. Monitor jumlah
pengeluaran diare.
2. Identifikasi riwayat
pemberian makanan.
3. Monitor keamanan
penyiapan makanan.
Terapeutik :
1. Pasang jalur intravena.
2. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit.
3. Ambil sampel feses untuk
19
membaik.
kondisi pasien.
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
2. Informasikan hasip
pemantauan, jika perlu.
2. Diare
(D.0020)
Pengeluaran feses
yang sering, lunak dan
tidak berbentuk.
Ekspektasi :
Eliminasi fekal
membaik.
Dengan kriteria
hasil :
1. Kontrol
pengeluaran feses
meningkat.
2. Nyeri abdomen
menurun.
3. Peristaltik usus
membaik.
4. Kram abdomen
membaik.
5. Frekuensi
defekasi
membaik.
Manajemen Diare
(1.03101)
Observasi :
1. Monitor jumlah
pengeluaran diare.
2. Identifikasi riwayat
pemberian makanan.
3. Monitor keamanan
penyiapan makanan.
Terapeutik :
1. Pasang jalur intravena.
2. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit.
3. Ambil sampel feses untuk
19
Paraphrase This Document
Need a fresh take? Get an instant paraphrase of this document with our AI Paraphraser
kultur, jika perlu.
Edukasi :
1. Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
Loperamide, difenoksilat).
3. Intoleransi Aktivitas
(D.0056)
Ketidakcukupanenergi
untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
Ekspektasi :
Toleransi
aktivitas
meningkat.
Dengan kriteria
hasil :
1. Keluhan lelah
menurun.
2. Dispnea saat
aktivitas
menurun.
3. Frekuensi
napas membaik.
4. Dispnea setelah
aktivitas
menurun.
Manjemen Energi
(1.05178)
Observasi :
1. Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan.
2. Monitor kelelahan fisik
dan emosional.
3. Monitor pola dan jam
tidur.
Terapeutik :
1. Lakukan Latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif.
2. Berikan aktivitas distraksi
20
Edukasi :
1. Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
Loperamide, difenoksilat).
3. Intoleransi Aktivitas
(D.0056)
Ketidakcukupanenergi
untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.
Ekspektasi :
Toleransi
aktivitas
meningkat.
Dengan kriteria
hasil :
1. Keluhan lelah
menurun.
2. Dispnea saat
aktivitas
menurun.
3. Frekuensi
napas membaik.
4. Dispnea setelah
aktivitas
menurun.
Manjemen Energi
(1.05178)
Observasi :
1. Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan.
2. Monitor kelelahan fisik
dan emosional.
3. Monitor pola dan jam
tidur.
Terapeutik :
1. Lakukan Latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif.
2. Berikan aktivitas distraksi
20
5. Perasaan lemah
menurun.
yang menenangkan.
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring.
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun dan menyesuaikan dengan kondisi terkini pasien. Pelaksanaan pada
hipervolemia yang mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) adalah :
1) Memonitor cairan yang masuk dan keluar
2) Mengukur/menimbang BB
3) Menganjurkan keluarga membatasi asupan cairan
4) Mengobservasi edema
5) Berkolaborasi pemberian diuretik
E. Evaluasi
21
menurun.
yang menenangkan.
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring.
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun dan menyesuaikan dengan kondisi terkini pasien. Pelaksanaan pada
hipervolemia yang mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) adalah :
1) Memonitor cairan yang masuk dan keluar
2) Mengukur/menimbang BB
3) Menganjurkan keluarga membatasi asupan cairan
4) Mengobservasi edema
5) Berkolaborasi pemberian diuretik
E. Evaluasi
21
Adapun perencanaan keperawatan pada diagnosa keperawatan hipervolemia
menurut Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), adalah:
Luaran: Keseimbangan Cairan
1) Asupan cairan meningkat
2) Haluaran urin meningkat
3) Kelembapan membrane mukosa meningkat
4) Edema menurun
5) Tekanan darah membaik
6) Denyut nadi radial membaik
7) Turgor kulit membaik
8) Berat badan membaik
22
menurut Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), adalah:
Luaran: Keseimbangan Cairan
1) Asupan cairan meningkat
2) Haluaran urin meningkat
3) Kelembapan membrane mukosa meningkat
4) Edema menurun
5) Tekanan darah membaik
6) Denyut nadi radial membaik
7) Turgor kulit membaik
8) Berat badan membaik
22
Secure Best Marks with AI Grader
Need help grading? Try our AI Grader for instant feedback on your assignments.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering
ditemukan pada anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang disebabkan
oleh adanya kerusakan glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suradi & Yuliani,
2010).
Sejumlah anak dengan sidroma nefrotik yang mengalami kekambuhan
dapat berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya usia anak. Insiden
yang ditemukan pada Sindroma Nefrotik yaitu angka mortalitas dan prognosis
anak bervariasi berdasarkan penyebab, keparahan, tingkat kerusakan ginjal, usia
anak serta respon anak terhadap pengobatan. Penyakit ini sedikit lebih tinggi pada
anak laki-laki dari pada anak perempuan (Betz & Sowden, 2009).
Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital,
sindrom nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya sebagian
besar (±80%) sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik terhadap
pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% diantaranya akan relaps dan
sekitar 10% tidak memberi respon lagi dengan pengobatan steroid (Konsensus
IDAI, 2012 dalam Arif Y. Prabowo, 2014).
3.2 Saran
23
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering
ditemukan pada anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang disebabkan
oleh adanya kerusakan glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suradi & Yuliani,
2010).
Sejumlah anak dengan sidroma nefrotik yang mengalami kekambuhan
dapat berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya usia anak. Insiden
yang ditemukan pada Sindroma Nefrotik yaitu angka mortalitas dan prognosis
anak bervariasi berdasarkan penyebab, keparahan, tingkat kerusakan ginjal, usia
anak serta respon anak terhadap pengobatan. Penyakit ini sedikit lebih tinggi pada
anak laki-laki dari pada anak perempuan (Betz & Sowden, 2009).
Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital,
sindrom nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya sebagian
besar (±80%) sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik terhadap
pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% diantaranya akan relaps dan
sekitar 10% tidak memberi respon lagi dengan pengobatan steroid (Konsensus
IDAI, 2012 dalam Arif Y. Prabowo, 2014).
3.2 Saran
23
1) Dengan ditulisnya makalah ini, diharapkan para pembaca bisa memahami
terkait dengan gangguan sistem perkemihan pada anak, yaitu Nefrotik
Syndrome terutama dalam lingkup asuhan keperawatan nefrotik syndrome.
2) Sebaiknya para pembaca lebih selektif dalam mendeteksi ada atau
tidaknya gejala dan tanda-tanda gangguan sistem perkemihan pada anak
(Nefrotik Syndrome) sejak dini agar bisa segera mendapatkan penanganan
sesuai dengan asuhan keperawatannya
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi & Yuliana, R. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung
Seto.
Wati, N. E. (2012). ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN
GANGGUAN SISTEM NEFROLOGI : SINDROMA NEFROTIK DI
RUANG MINA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
Keperawatan Indonesia, 19-26. (Putra, 2020)
Putra, G. P. (2020). Studi Dokumentasi Hipervolemia Pada An. “A” Dengan
Nefrotik Sindrom (NS). Jurnal Keperawatan.
http://repository.akperykyjogja.ac.id/281/1/KARYA%20TULIS
%20ILMIAH%20GILANG%20PERMANA%20PUTRA
%20%28Repaired%29.pdf. (Diakses 07 Agustus)
Simanullang, W. (2020). LITERATURE REVIEW : ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN SINDROM NEFROTIK DENGAN
GANGGUAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH PANDAN.
http://180.250.18.58/jspui/bitstream/123456789/2913/1/Winda
%20Simanullang.pdf. (Diakses 07 Agustus)
24
terkait dengan gangguan sistem perkemihan pada anak, yaitu Nefrotik
Syndrome terutama dalam lingkup asuhan keperawatan nefrotik syndrome.
2) Sebaiknya para pembaca lebih selektif dalam mendeteksi ada atau
tidaknya gejala dan tanda-tanda gangguan sistem perkemihan pada anak
(Nefrotik Syndrome) sejak dini agar bisa segera mendapatkan penanganan
sesuai dengan asuhan keperawatannya
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi & Yuliana, R. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung
Seto.
Wati, N. E. (2012). ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN
GANGGUAN SISTEM NEFROLOGI : SINDROMA NEFROTIK DI
RUANG MINA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
Keperawatan Indonesia, 19-26. (Putra, 2020)
Putra, G. P. (2020). Studi Dokumentasi Hipervolemia Pada An. “A” Dengan
Nefrotik Sindrom (NS). Jurnal Keperawatan.
http://repository.akperykyjogja.ac.id/281/1/KARYA%20TULIS
%20ILMIAH%20GILANG%20PERMANA%20PUTRA
%20%28Repaired%29.pdf. (Diakses 07 Agustus)
Simanullang, W. (2020). LITERATURE REVIEW : ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN SINDROM NEFROTIK DENGAN
GANGGUAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH PANDAN.
http://180.250.18.58/jspui/bitstream/123456789/2913/1/Winda
%20Simanullang.pdf. (Diakses 07 Agustus)
24
1 out of 24
Related Documents
Your All-in-One AI-Powered Toolkit for Academic Success.
+13062052269
info@desklib.com
Available 24*7 on WhatsApp / Email
Unlock your academic potential
© 2024 | Zucol Services PVT LTD | All rights reserved.