logo

Bilingualisme dan Alih Kode

   

Added on  2021-10-04

20 Pages3932 Words326 Views
Billingualisme dan Alih
Kode 185
BILINGUALISME DAN ALIH KODE
Muh. Busro
Dosen Tetap Pada Prodi Pendidikan Bahasa Arab (STAINU) Madiun
E-mail: busro_ibn.sadadji@yahoo.co.id
Abstrak
Dalam masyarakat yang memiliki dua bahasa atau lebih berpotensi terjadinya
peralihan bahasa dari satu ke yang lain. Proses peralihan inilah yang disebut
dengan alih kode. Proses alih kode dapat terjadi apabila dalam sebuah kelompok
mempunyai minimal dua bahasa. Munculnya fenomena ini tentunya tidak terlepas
dari adanya kontak bahasa dan kondisi sosial masyarakat atau pun kelompok
yang multikultural. Dalam praktiknya, munculnya alih kode sendiri menjadi
menarik, hal ini disebabkan karena alih kode yang dilakukan individu bilingual
memiliki beragam alasan kenapa mereka melakukan hal ini. Dalam kaitannya
sebuah masyarakat bilingual dengan peristiwa alih kode, kita dapat memahami
bahwa di sana terjadi interaksi sosial dan interaksi kebahasaan. Kemudian
bilingualisme dan alih kode ini dirasa menarik untuk dibahas. Maka dalam
tulisan ini penulis akan membahas tentang bilingualisme dan alih kode.
Kata Kunci: Bilingualisme, Alih Kode

Pendahuluan
Seringkali dijumpai dalam suatu kelompok masyarakat bilingual sebuah
fenomena peralihan dari satu bahasa ke bahasa lain. Tentunya dengan segala
bentuk dan alasan kemunculannya. Dalam hal alih kode yang terjadi pada
kelompok masyarakat bilingual tentunya masyarakat tersebut menggunakan
paling tidak dua bahasa. Dan kemunculan fenomena ini tak terlepas dari
terjadinya kontak bahasa dan kondisi sosial masyarakat yang multi kultural.1
Kemunculan alih kode sendiri menjadi menarik karena dalam praktiknya,
alih kode yang dilakukan indifidu bilingual memiliki beragam alasan kenapa
1 http://anaksastra.blogspot.com/2009/02/alih-kode-dan-campur-kode.html.
Bilingualisme dan Alih Kode_1
Billingualisme dan Alih
Kode 186
mereka melakukan hal ini. Dalam kaitannya sebuah masyarakat bilingual dengan
peristiwa alih kode, kita dapat memahami bahwa disana terjadi interaksi sosial
dan interaksi kebahasaan. Diantara pemicu kemunculan alih kode ini adalah:
pembicara/penutur, pendengar/lawan tutur, perubahan situasi, perubahan dari
formal ke informal/sebaliknya, perubahan topik pembicaraan dan sebagainya.2
Pada peristiwa alih kode ini paling tidak, dapat diklasifikasikan menjadi
dua klasifikasi secara umum yaitu secara gramatikal dan konteks. Dalam
klasifikasi gramatikal ini berdasarkan pada letak peralihan kode dalam kalimat
atau ucapan, sedangkan klasifikasi berdasarkan konteks berdasarkan kepada
alasan kenapa terjadi peralihan kode.3
Bilingualisme dan Alih Kode
1. Bilingualisme
Membicarakan alih kode berarti membicarakan bilingualisme, karena
seseorang yang melakukan alih kode biasanya adalah individu bilingual atau
multilingual. Meskipun menurut beberapa ahli bahasa alih kode bisa saja terjadi
pada monolingualis. Namun tentunya akan lebih memudahkan pemahaman kita
mengenai alih kode maka akan dibahas disini sedikit mengenai bilingualisme.
Sebelum membahas bilingualisme ada baiknya kita mengetahui terlebih
dahulu apa itu ‘bahasa ibu’ dan ‘bahasa asing’. Bagi kebanyakan individu, bahasa
pertama yang dipelajari dan dikuasai yakni bahasa ibu, adalah juga bahasa yang
2 http://marcopangngewa.blogspot.com/2012/01/alih-kode-dan-campur-kode.html3 Aslinda dan Leni Syafana, Pengantar Sosiolinguistik (Bandung: Refika Aditama, 2007),
hal. 85.
Bilingualisme dan Alih Kode_2
Billingualisme dan Alih
Kode 187
sering digunakan. Dan sebaliknya bahasa-bahasa kedua cenderung menjadi bahasa
sekunder dalam penggunaan sehari-hari.4
Selanjutnya individu yang menggunakan minimal dua bahasa ini menjadi
kajian sejak lama, bloomfield mengemukakan bahwa bilingualisme menunjuk
pada gejala penguasaan bahasa kedua dengan derajat penguasaan yang sama
seperti penutur asli bahasa itu. Meskipun pendapat ini dianggap sulit untuk
dipenuhi bagi seseorang agar dapat disebut sebagai bilingual.
Mackey, seperti yang dikutip oleh Fishman, memberikan gambaran
tentang bilingualisme sebagai gejala pertuturan. Bukan sebagai sistem akan tetapi
karakteristik pemakaian bahasa, yakni praktik pemakaian bahasa secara
bergantian yang dilakukan oleh penutur.5
Macnamara mengusulkan batasan bilingualisme sebagai pemilikan
penguasaan bahasa (mastery) atas paling sedikit bahasa pertama dan bahasa
kedua, kendatipun tingkat penguasaan bahasa yang kedua itu hanyalah pada batas
paling rendah. Batasan yang demikian tampaknya cukup realistis karena dalam
kenyataannya tingkat penguasaan bahasa pertama dengan kedua tidak pernah akan
sama. Haugen juga berpendapat bahwa bilingualisme dapat diartikan sebagai
sekedar mengenal bahasa kedua.6
Hal ini menurut fishman sangat berkaitan erat dengan bikulturalisme, dia
mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi individu bilingual bukan melalui
4 Abd. Syukur Ibrahim, Sosiolinguistik; Sajian, Tujuan, Pendekatan dan Problem
(Surabaya: Usaha Nasional, 1995), hal. 179.5 R. Kunjana Rahardi, Kajian Sosolinguistik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 18.6 R. Kunjana Rahardi, Ibid., hal. 18.
Bilingualisme dan Alih Kode_3
Billingualisme dan Alih
Kode 188
pengajaran dan pembelajaran formal melainkan melalui interaksi langsung dengan
kelompok etnik lain yang memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa orang itu.
Apabila terdapat dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh
penutur yang sama akan terjadilah kontak bahasa. Dikatakan demikian karena
memang terjadi peristiwa saling kontak antara bahasa yang satu dengan bahasa
yang lainnya dalam peristiwa komunikasi. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa bilingualisme adalah akibat dari penggunaan lebih dari satu kode oleh
seseorang individu atau masyarakat.7
Di satu sisi keanekaragaman bahasa dalam suatu negara bisa
mendatangkan masalah. Pada tataran praktis, kesulitan komunikasi dalam suatu
negara dapat menjadi rintangan bagi kehidupan ekonomi dan industri serta
gangguan sosial. Yang lebih serius lagi, keanekabahasaan itu bekerja berlawanan
dengan arah nasionalisme. Akan tetapi negara aneka bahasa dapat mendekati
masalah ini dengan dua cara: 1) Mereka dapat berusaha mengembangkan bahasa
nasional, atau 2) Mereka dapat mencoba mengembangkan nasionalisme tidak
berdasarkan bahasa.8
2. Alih Kode
Istilah alih kode pertama kali digunakan dalam linguistik oleh Jakobson
pada awal 1950 an, menurut Jakobson, perbedaan bahasa atau perbedaan gaya
bahasa dalam satu bahasa bisa menimbulkan perbedaan kode. Kode disini
diartikan sebagai sistem ujar yang dapat dipahami oleh pendengarnya.
7 R. Kunjana Rahardi, Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), hal. 15.8 Sumarsono dan Paina Partana, Sosiolinguistik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004), hal.
174.
Bilingualisme dan Alih Kode_4

End of preview

Want to access all the pages? Upload your documents or become a member.

Related Documents
Cultural Diplomacy: Strategi New Culture Technology SM Entertainment sebagai Diplomasi Budaya di China
|15
|4083
|297

5 Strategi Promosi dan Marketing Kreatif untuk Meningkatkan
|4
|1772
|34

(PDF) PENGARUH PENGETAHUAN ISI KANDUNGAN
|16
|2217
|184

PERLINDUNGAN HAKI DAN DAMPAKNYA TERHADAP
|10
|5494
|75

Psikologi industri organisasi PDF
|6
|2618
|50

Fisika Dasar I (FI-321) Topik Hari INI (minggu 6)
|32
|2847
|102